Bread Staling
Oleh: Elvira Syamsir (tulisan asli: Kulinologi Indonesia)
Dimasa
sekarang, siapa yang tidak kenal roti? Kepraktisan dalam penyiapan dan
penyajian, serta karakteristik sensoriknya yang khas menyebabkan roti
menjadi produk pangan sumber karbohidrat yang populer di masyarakat.
Sayang
sekali, produk rerotian mempunyai umur simpan yang relatif singkat.
Pernahkah anda mengamati roti selama disimpan? Sejalan dengan
meningkatnya umur simpan, terjadi perubahan pada karakteristik sensorik
roti. Crumb (bagian dalam roti) yang semula empuk dan halus berubah
menjadi kering, keras tetapi rapuh dan mudah hancur. Bagian crust
(permukaan atau kulit roti) menjadi lembek dan kerenyahannya menurun.
Flavor atau aroma khas roti juga berkurang. Penurunan mutu sensorik
tersebut seringkali memberikan persepsi negatif pada konsumen bahwa roti
tersebut sudah rusak.
Perubahan
mutu sensorik seperti dijelaskan diatas, bukan disebabkan oleh cemaran
atau kontaminasi mikroba, tetapi terkait dengan proses perubahan yang
disebut bread staling. Proses bread staling merupakan serangkaian
proses perubahan fisiko-kimia komponen di dalam roti yang terjadi selama
penyimpanan. Apa, kenapa dan bagaimana cara mengatasi bread staling?
Karakteristik Roti
Roti
berkualitas baik umumnya memiliki penampakan menarik dengan tekstur
yang lembut, jaringan kerangka (matriks)-nya kompak dengan pori yang
kecil serta rasa flavor (aroma) khas roti segar. Formula dan proses
pengolahan berperan penting dalam membentuk karakteristik roti seperti
yang kita kenal.
Tepung
(terigu), ragi roti, garam dan air adalah formula minimum yang harus
ada untuk memproduksi roti. Ingridien lain yang sering ditambahkan
kedalam formula adalah lemak, gula, susu atau padatan susu, anti
oksidan, enzim, surfaktan, dan antikapang. Secara garis besar ada tiga
hal yang terjadi dalam proses pengolahan roti, yaitu pencampuran dan
pembentukan adonan (tahapan mixing dan fermentasi), pembentukan struktur
busa di dalam adonan (tahapan moulding, proofing dan baking) dan
stabilisasi struktur berpori dengan mengubah konfigurasi molekuler dari
komponen polimer pada dinding-dinding sel melalui aplikasi panas
(tahapan baking).
Pati
merupakan komponen utama dari roti. Pati yang tergelatisasi maupun
yang lisis dari granula selama proses baking menjadi faktor utama
pembentuk struktur roti. Komponen lainnya yang berperan penting dalam
pembentukan struktur roti adalah protein gluten yang berasal dari
terigu.
Secara
makroskopis dapat dikatakan bahwa roti merupakan produk padat elastis
dengan rongga-rongga udara yang terperangkap di dalam bagian padat.
Bagian padat terdiri dari dua fase yaitu fase kontinyu dan fase tidak
kontinyu. Fase kontinyu merupakan matriks atau jaringan elastis yang
dibentuk oleh ikatan silang antar polimer gluten (protein terigu), antar
polimer pati (yang lisis dari granula pati, terutama amilosa) dan
interaksi keduanya. Granula pati dalam berbagai bentuk (bengkak,
tergelatinisasi parsial/sempurna) yang terperangkap dan tersebar di
dalam fase kontinyu disebut sebagai fase tidak kontinyu.
Perbedaan
panas yang diterima selama proses baking menyebabkan perbedaan
karakteristik bagian dalam (crumb) dan bagian luar (kulit, crust) roti.
Crust memiliki tekstur yang renyah (crispy) dan mudah retak sementara
crumb menjadi lebih lunak, empuk dan elastis.
Terjadinya Bread Staling
Roti
kehilangan karakteristik sensoriknya secara bertahap selama
penyimpanan. Serangkaian perubahan fisiko-kimia di dalam roti
menyebabkan bagian crumb menjadi lebih kering, keras dan rapuh, crust
menjadi lembek, alot dan hilang kerenyahannya sementara flavor khas roti
hilang. Fenomena perubahan ini secara keseluruhan dikenal dengan
istilah bread staling. Bread staling mengindikasikan penurunan tingkat
penerimaan konsumen terhadap produk rerotian karena perubahan
karakteristik sensorik (tekstur dan flavor) produk dan bukan oleh
pertumbuhan mikroba.
Selama
staling, distribusi air di dalam roti berubah. Aktivitas air crumb
yang lebih tinggi dari crust menyebabkan air berpindah dari bagian crumb
ke crust. Perpindahan air ini menyebabkan kadar air crust yang tadinya
hanya 2-5% meningkat dan merubah tekstur dari crispy menjadi lunak dan
alot. Penampakan crust yang awalnya mengkilap (glossy) juga berubah
menjadi opak.
Penguapan
komponen flavor yang bersifat volatil, dan/atau pemerangkapan komponen
flavor oleh polimer pati (amilosa) menyebabkan hilangnya aroma roti
segar selama penyimpanan. Selain itu, beberapa komponen bersifat sangat
labil dan jumlahnya menurun selama penyimpanan karena reaksi oksidasi
atau reaksi lainnya.
Pengerasan
crumb yang terjadi selama staling melibatkan proses yang lebih
kompleks. Proses retrogradasi pati (amilopektin) yang berakibat pada
meningkatnya kristalisasi atau keteraturan molekuler polimer pati
(amilopektin) merupakan penyebab utama dari peningkatan kekerasan crumb.
Selain itu, terperangkapnya sebagian air di dalam kristal pati selama
proses retrogradasi menyebabkan distribusi air di dalam crumb bergeser
dari gluten ke pati (amilopektin) sehingga menurunkan ketersediaan air
sebagai plasticizer pada matriks gluten. Hal ini menyebabkan tekstur
crumb menjadi kering dan rapuh.
Faktor-Faktor Pengendali Bread Staling
Ada
beberapa faktor yang dapat memperlambat laju proses staling, atau
dengan kata lain, mempertahankan keempukan roti lebih lama. Intinya
adalah dengan memodifikasi pati agar proses retrogradasi berjalan lebih
lambat dan/atau dengan mempertahankan keseimbangan air di dalam sistim
roti.
Dari
aspek ingridien, aditif yang dapat digunakan untuk menghambat atau
memperlambat proses staling adalah emulsifier, shortening, enzim dan
hidrokoloid. Emulsifier (seperti mono/di asil gliserida atau
stearil-2-laktilat) dan shortening (margarin dan ghee) selama proses
baking akan membentuk kompleks dengan polimer pati (amilosa dan
amilopektin). Pembentukan kompleks ini akan menghambat proses
retrogradasi pati yang artinya akan menghambat staling. Perbedaan
kemampuan emulsifier untuk membentuk kompleks dengan polimer pati
menyebabkan perbedaan kemampuannya dalam menekan laju staling.
Penambahan shortening kedalam formula roti dapat memperbaiki
pengembangan volume roti dan menghasilkan struktur crumb yang seragam
dengan dinding sel (matriks) yang tipis.
Enzim
α-amilase tahan panas menghambat staling dengan cara memotong pati
(amilopektin) sehingga proses retrogradasi dapat dikurangi dan atau
produksi dekstrin yang mengganggu proses retrogradasi pati. Hidrokoloid
seperti hidroksi propil metil selulosa (HPMC) dan alginat adalah
improver roti yang berfungsi untuk meningkatkan volume roti, memperbaiki
tekstur crumb sekaligus juga menghambat proses staling. Berbeda dengan
komponen anti staling yang dijelaskan diatas, mekanisme anti staling
dari hidrokoloid disebabkan oleh struktur hidrofiliknya yang dapat
berikatan dengan air dan mempertahankan air tetap berada di dalam crumb.
Suhu
penyimpanan roti juga berpengaruh pada kecepatan terjadinya staling.
Penyimpanan roti pada suhu dingin (diatas suhu beku) menyebabkan
peningkatan kecepatan staling sementara penyimpanan pada suhu ruang
dapat memperlambat kerusakan tekstur crumb karena staling. Proses
staling akan berlangsung cepat pada kisaran suhu 0 – 10°C. Berbeda
dengan penyimpanan dingin, penyimpanan pada suhu beku (suhu dibawah
-5°C) justru dapat memperlambat proses staling.
Roti
yang telah mengalami staling masih dapat dikembalikan teksturnya ke
kondisi semula dengan memanaskan roti tersebut pada suhu 65 - 100°C.
Hanya saja, tekstur yang empuk tersebut akan mengalami pengerasan
(proses staling) lebih cepat ketika suhu roti kembali turun ke suhu
ruang.
Air
juga berperan dalam perubahan yang terjadi selama penyimpanan roti.
Pemilihan kondisi penyimpanan atau kemasan hendaklah mencegah proses
penguapan air. Pengeringan permukaan roti karena penguapan air ke udara
akan mengganggu kesetimbangan air di bagian crust dan crumb sehingga
mempercepat terjadinya staling.
Perbedaan
aktivitas air yang cukup besar antara bagian crust dan crumb juga
berpengaruh pada peningkatan kekerasan crumb selama penyimpanan. Telah
dilaporkan bahwa roti yang memiliki crust (kulit) mengalami proses crumb
staling lebih cepat dibandingkan roti tanpa crust (kulit).
Silahkan tinggalkan komentar anda tentang blog saya. Terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggakan komentar anda dibawah ini...
Terima kasih...