Mengenal Proses Pembuatan Coklat
Oleh: Elvira Syamsir (Kulinologi Indonesia, Februari 2011)
Sadarkah
anda, bahwa coklat merupakan pangan yang unik? Coba perhatikan,
bentuknya yang padat pada suhu ruang akan segera leleh menjadi bentuk
cairan lembut begitu masuk ke dalam mulut. Hal ini ternyata terkait
dengan karakteristik lemak coklat (cocoa butter) yang berbentuk padat
pada suhu dibawah 25oC dan mencair pada suhu tubuh. Selain itu, coklat
juga mempunyai rasa manis yang disukai oleh banyak orang.
DARI BIJI COKLAT
Coklat
berasal dari biji buah coklat (cacao bean). Tanaman coklat (Theobroma
cacao) dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu jenis Criollo, Forastero
dan Trinitario. Criollo menghasilkan biji kakao dengan aroma yang sangat
kuat tanpa rasa pahit, tetapi sensitif terhadap perubahan iklim dan
serangan hama penyakit dengan jumlah produksi relatif rendah. Berbeda
dengan criollo, forastero lebih tahan perubahan iklim dan serangan hama,
jumlah produksinya relatif besar tetapi bijinya memiliki aroma yang
lemah dengan rasa yang pahit. Biji kakao Indonesia sendiri sebagian
besar masuk dalam jenis Trinitario yang merupakan hasil persilangan dari
Criollo dan Forastero dengan sifat yang mirip dengan Criollo.
Buah
kakao berbentuk bulat panjang (panjang sekitar 15 – 25 cm dan lebar 7 –
10 cm) dengan kulit yang relatif tebal (10 – 15 mm). Warnanya yang
hijau pada saat masih muda berganti menjadi kuning, oranye, merah atau
ungu ketika masak, walaupun pada beberapa varietas warnanya tetap hijau
ketika buah masak. Pulp atau daging buah menutupi 20 – 40 buah biji
kakao. Pada buah yang masak, pulp memiliki konsistensi lunak dan
berlendir dengan rasa yang manis dan warna putih seperti susu. Biji
kakao sendiri berbentuk oval pipih. Panjang biji sekitar 2 cm dengan
lebar sekitar 1 cm dan berat ± 1 gram jika dikeringkan.
Tanaman
coklat mulanya tumbuh liar di hutan hujan tropis Amerika. Adalah
masyarakat kuno di Amerika Tengah dan Mexico, termasuk diantaranya
bangsa Maya dan Aztec, yang menemukan rahasia keistimewaan biji kakao
ini lebih dari 2000 tahun yang lalu. Pada masa itu, hancuran biji coklat
disangrai dan dicampur dengan jagung dan berbagai rempah diantaranya
paprika, vanilla atau kayu manis lalu ditambah air untuk menghasilkan
minuman rempah coklat yang berbusa.
Memasuki
akhir abad ke-15, coklat bertransformasi menjadi resep baru. Cortez
yang memimpin ekspedisi ke Aztec, kembali ke Spanyol dengan membawa biji
kakao sekaligus dengan resep pembuatan minumannya. Di Eropa, minuman
ini menjadi populer setelah formula minuman diubah: rempah dihilangkan
dan diganti dengan gula.
Jika
awalnya coklat diperlakukan sebagai barang mewah, maka penemuan teknik
pemisahan lemak coklat dan teknik pembuatan coklat bubuk pada awal abad
ke-19 telah menyebabkan coklat berkembang sebagai komoditas pangan.
Selanjutnya, inovasi produk coklat terus berkembang sejalan dengan makin
berkembangnya pemahaman mengenai karakteristik coklat.
PEMBUATAN COKLAT
Proses
pembuatan coklat melibatkan berbagai tahapan proses, seperti tampak
pada Gambar 1. Untuk memperoleh coklat dengan hasil terbaik, buah kakao
dipanen dalam kondisi masak sempurna. Buah dipotong dan ditumpuk dengan
hati-hati, lalu dibelah dan diambil bijinya. Di tingkat petani, biji
coklat difermentasi dan dikeringkan sebelum dikirim ke pabrik coklat
untuk pengolahan lebih lanjut.
Persiapan Biji Coklat (Cocoa Bean)
Biji
ditumpuk di lantai atau wadah (keranjang bambu, kotak kayu) dan
difermentasi selama 2 – 8 hari. Secara periodik, dilakukan pengadukan
biji agar oksigen yang dibutuhkan untuk proses fermentasi bisa masuk dan
tersebar merata diseluruh tumpukan biji. Selama fermentasi, suhu biji
naik menjadi 45 - 50°C yang mematikan biji (menghentikan germinasi) dan
meningkatkan keasaman biji. Selain itu juga terjadi pembentukan warna
dan flavor serta degradasi parsial komponen penyebab rasa pahit dan
kelat. Pulp yang menempel pada biji coklat terdekomposisi secara
enzimatis menjadi cairan yang larut air. Fermentasi dikatakan sempurna
jika warna biji kakao berubah dari warna terang menjadi coklat gelap
yang homogen dan biji mudah dipisah dari kulit bijinya.
Setelah
fermentasi selesai, biji dikeringkan hingga kadar air mencapai 6 – 8%.
Proses pengeringan bisa dilakukan dengan cara penjemuran atau
menggunakan oven pengering (55 – 66oC). Di beberapa negara, termasuk
Indonesia, dilakukan pencucian biji sebelum dikeringkan. Walaupun akan
memperbaiki penampakan biji, tetapi pencucian yang berlebihan beresiko
untuk meningkatkan kerapuhan biji.
Biji
kakao kering dibagi dalam beberapa kelas mutu, seperti tampak pada
Tabel 1. Mutu terbaik adalah biji yang masuk dalam kategori kelas mutu
A.
Pembuatan Pasta Coklat (Cocoa Liquor)
Pembuatan
pasta coklat melibatkan tahapan proses pembersihan biji, pemisahan
kulit dan penyangraian. Pembersihan ditujukan untuk mengeluarkan
pengotor yang mungkin terbawa, seperti pasir, batu, partikel-partikel
tanaman dan sebagainya. Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan. Jika
pengotor yang keras hanya potensial untuk merusak peralatan proses, maka
pengotor organik juga bisa merusak flavor coklat selama proses
penyangraian.
Proses
penyangraian biji coklat dilakukan pada suhu maksimal 150oC, selama 10 –
35 menit, tergantung dari tujuan akhir penggunaan biji. Biji yang akan
diolah menjadi coklat (chocolate), membutuhkan proses sangrai yang lebih
intensif dibandingkan dengan biji yang akan diolah untuk menjadi coklat
bubuk (cocoa powder). Apapun metode penyangraian yang dipilih, proses
tidak boleh menghanguskan kulit karena akan merusak flavor. Selama
proses penyangraian, kadar air biji turun menjadi sekitar 2% dan terjadi
pembentukan flavor coklat. Biji akan berwarna lebih gelap dengan
tekstur yang lebih rapuh dan kulit menjadi lebih mudah dipisah dari
daging biji (nib). Penyangraian juga akan mempermudah proses ekstraksi
lemak. Selain itu, panas selama penyangraian juga berperan untuk
membunuh kontaminan yang mungkin terikut dari tahapan sebelumnya.
Biji
yang telah disangrai secepatnya didinginkan untuk mencegah pemanasan
yang berlebihan. Biji selanjutnya dihancurkan dan dipisahkan dari kulit
ari dan lembaganya dengan menggunakan teknik hembusan udara (menampi
secara mekanis). Keberadaan kulit ari dan lembaga tidak diinginkan
karena akan merusak flavor dan karakteristik produk olahan coklat.
Setelah
penyangraian, biji coklat (nib) mengalami proses penggilingan
(pelumatan). Proses ini dilakukan secara bertingkat sebanyak 2 – 3 tahap
untuk memperoleh pasta coklat (cocoa liquor atau cocoa mass) dengan
tingkat kehalusan tertentu.
Pada
pembuatan pasta coklat, kadang juga dilakukan proses alkalisasi sebelum
proses penggilingan. Tujuan proses alkalisasi adalah untuk melembutkan
flavor dengan menetralkan sebagian asam-asam bebas, juga untuk
memperbaiki warna, daya basah (wettability) dan dispersibilitas coklat
bubuk (cocoa powder) sehingga mencegah pembentukan endapan dalam minuman
coklat. Pada proses alkalisasi, nib sangrai direndam dalam larutan
alkali encer (konsentrasi 2 – 2.5%) pada suhu 75 – 100oC lalu
dinetralkan untuk selanjutnya dikeringkan sampai kadar air menjadi 2%,
atau di adon (kneading). Proses ini menyebabkan penggembungan pati dan
menghasilkan massa coklat dengan struktur sel berbentuk sponge dan
porous.
Pembuatan Coklat Bubuk (Cocoa Powder) dan Lemak Coklat (Cocoa Butter)
Untuk
memperoleh coklat bubuk, maka sebagian lemak coklat (cocoa butter) yang
ada di dalam pasta coklat harus dikeluarkan. Proses pengeluaran lemak
dilakukan dengan mengepress pasta menggunakan pengepress (hidraulik atau
mekanis) pada tekanan 400 – 500 bar dan suhu 90 – 100oC.
Lemak
coklat panas dilewatkan ke filter press untuk memisahkannya dari
kotoran yang mungkin terbawa, untuk selanjutnya dicetak dan didinginkan.
Lemak coklat ini digunakan oleh industri coklat.
Bungkil
biji hasil dari pengepressan dihaluskan dengan menggunakan alat
penghalus (breaker) dan diayak untuk memperoleh ukuran partikel bubuk
yang seragam. Kadar lemak didalam coklat bubuk berkisar antara 10 – 22%.
Bubuk coklat dengan kadar lemak yang lebih tinggi biasanya memiliki
warna yang lebih gelap dan flavor yang lebih ringan. Coklat bubuk ini
digunakan dalam berbagai produk pangan, misalnya untuk membuat minuman
coklat, inggridient untuk cake, puding, ice cream dan sebagainya.
Pembuatan Coklat (Chocolate)
Coklat
(chocolate) dibuat dengan menggunakan pasta coklat, yang ditambahkan
dengan sukrosa, lemak coklat, dengan atau tanpa susu dan bahan-bahan
lain (flavoring agent, kacang-kacangan, pasta kopi, dan sebagainya).
Bahan-bahan ini dicampur dalam sebuah mixer atau paster, sehingga
dihasilkan pasta coklat yang kental yang selanjutnya mengalami proses
pelembutan (refining) dengan mesin tipe roll sampai diperoleh massa
coklat dengan tekstur yang halus (ukuran partikel kurang dari 20 µm).
Massa
coklat hasil dari refining berbentuk bubuk dan kering pada suhu ruang
dengan flavor yang asam. Untuk memperbaiki konsistensi tekstur dan
flavornya, maka massa coklat kadang-kadang diperam selama 24 jam pada
suhu hangat (45 – 50oC) sebelum masuk ketahapan proses penghalusan
(conching). Proses pemeraman ini dikenal dengan sistem dutch, kadang
dilakukan untuk membuat coklat bubuk.
Proses
penghalusan (conching) adalah proses pencampuran untuk menghasilkan
coklat dengan flavor yang baik dan tekstur yang halus. Biasanya
dilakukan dua tahap, proses dilakukan pada suhu 80oC selama 24 – 96 jam.
Adonan coklat dihaluskan terus-menerus dan lesitin ditambahkan pada
akhir conching untuk mengurangi kekentalan coklat. Pada tahapan ini, air
dan senyawa pengganggu flavor menguap, lemak kakao akan menyelimuti
partikel coklat, gula dan susu secara sempurna sehingga memberikan
sensasi tekstur yang halus.
Lemak
coklat memiliki beberapa bentuk polimorfik dan proses pendinginan yang
dilakukan akan sangat mempengaruhi bentuk kristalnya. Jika pemadatan
(kristalisasi) coklat cair dilakukan dengan proses pendinginan yang
tidak terkontrol, akan dihasilkan coklat padat dengan tekstur yang
bergranula dan spot-spot warna kelabu dipermukaan.
Tempering
merupakan tahapan proses berikutnya, yang dilakukan untuk memperoleh
coklat yang stabil, karena akan menghasilkan kristal-kristal lemak
berukuran kecil dengan titik leleh yang tinggi. Adonan lemak cair
didinginkan dari 50oC menjadi 18oC dalam waktu 10 menit dengan
pengadukan konstan. Adonan lalu didiamkan di suhu dingin selama sekitar
10 menit untuk membentuk lemak coklat dengan kristal tipe ẞ yang
bersifat stabil. Suhu selanjutnya dinaikkan menjadi 29 – 31oC, dalam
waktu 5 menit. Proses ini bisa bervariasi, tergantung komposisi bahan
yang digunakan.
Sebelum
pencetakan, suhu coklat cair dijaga pada 30 – 32oC untuk dibawa ke
wadah-wadah pencetakan. Selanjutnya, dilakukan pendinginan lambat untuk
memadatkan coklat dan coklat dikeluarkan dari cetakan setelah suhu
mencapai 10oC. proses pendinginan terkontrol akan menghasilkan coklat
padat dengan kristal lemak yang halus dan struktur yang stabil terhadap
panas, terlihat dari sifat lelehnya yang baik dan permukaan yang
mengkilap.
JENIS-JENIS COKLAT
Jenis
coklat yang dihasilkan sangat bervariasi, tergantung pada berapa banyak
pasta dan lemak coklat yang digunakan serta apa saja inggridien lain
yang ditambahkan. Perbedaan formulasi bahan yang digunakan ini
menyebabkan perbedaan tidak hanya dalam flavor dan rasa, tetapi juga
perbedaan perilakunya terhadap panas dan air sehingga menyebabkan
perbedaan dalam pemanfaatannya.
• Couverture
Jenis
coklat terbaik, coklat ini sangat murni dengan persentase lemak
kakao-nya yang tinggi sehingga menghasilkan flavor yang sangat baik.
Biasanya digunakan untuk pembuatan produk coklat buatan tangan. Sebelum
digunakan coklat jenis ini di-temper (dilelehkan) terlebih dahulu.
• Plain atau baking chocolate
Coklat
dengan rasa khas coklat (plain). Produk ini dibuat dari pasta coklat
yang didinginkan dan dikeraskan, tanpa penambahan gula. Terutama
digunakan sebagai inggridien atau sebagai garnish.
• Semi-sweet dan sweet chocolate
Coklat
ini memiliki rasa manis. Juga digunakan sebagai inggridien. Berbeda
dengan coklat yang plain, semi-sweet chocolate memiliki ekstra lemak
coklat dan mendapat tambahan gula. dalam resep is also used primarily in
recipes. Sweet cooking chocolate sama dengan semi-sweet, hanya
kandungan gulanya lebih banyak.
• Milk chocolate
Coklat
susu, dibuat dengan menggunakan pasta coklat dengan penambahan lemak
coklat, gula, susu dan vanila. Merupakan jenis coklat yang paling
populer, biasa dikonsumsi langsung (eating chocolate). Coklat jenis ini
tidak cocok dijadikan inggridien kue. Selain kandungan cokelatnya
relatif sedikit, cokelat ini mudah hangus bila dilelehkan.
• Cocoa powder
Bubuk
coklat, dibuat dari pasta coklat yang sebagian besar lemaknya telah
dikeluarkan. Produk ini sangat mudah menyerap uap air dan bau dari
produk lain sehingga harus dijaga di tempat kering, dingin dan tertutup
rapat. Coklat bubuk dibedakan lagi menjadi coklat bubuk yang rendah
lemak (sebagian besar lemaknya telah dihilangkan); coklat bubuk dengan
kadar lemak sedang (kandungan lemak sekitar 10 – 22%) ; coklat bubuk
untuk minuman atau sarapan (kadar lemak coklat diatas 22%, biasanya
digunakan dalam pembuatan susu bubuk coklat); dan coklat bubuk yang
diproses dengan teknik Dutch.
• White chocolate
Coklat
putih, merupakan campuran lemak coklat, gula, susu dan vanilla. Tidak
mengandung massa (solid) coklat, flavor dihasilkan dari lemak coklat.
Selain dikonsumsi langsung juga digunakan untuk dekorasi. Cokelat ini
terbuat dari lemak cokelat, gula, dan vanili. Ia tak mengandung cokelat
padat. Karena mudah hangus, ada baiknya dimasak atau dilelehkan dengan
hati-hati.
• Produk coklat lain seperti berbagai jenis kembang gula coklat.
PENYIMPANAN PRODUK COKLAT
Semua
produk coklat, mulai dari kakao (mentah) sampai produk olahannya
disimpan ditempat dingin, kering dan dengan sirkulasi udara ruangan yang
baik, terlindungi dari cahaya dan bahan-bahan berbau tajam. Suhu 10 –
12oC dengan kelembaban 55 – 65% adalah kondisi ruang penyimpanan coklat
yang ideal.
Coklat
yang disimpan pada kondisi penyimpanan yang tidak tepat akan memiliki
warna permukaan yang kusam keabuan. Pembentukan spot-spot gula (sugar
bloom) disebabkan oleh penyimpanan coklat pada kelembaban tinggi (RH
diatas 75%) atau karena terjadinya penumpukan uap air, yang menyebabkan
partikel gula berukuran kecil yang ada di permukaan mencair dan kemudian
membentuk kristal berukuran besar ketika terjadi proses evaporasi.
Spot-spot lemak (fat bloom) terjadi pada kondisi suhu penyimpanan diatas
30oC dan berfluktuasi mengakibatkan lemak mencair lalu mengkristal
kembali dengan ukuran yang lebih besar. Fat bloom juga mungkin terjadi
karena proses tempering dan pendinginan yang tidak tepat.
Silahkan tinggalkan komentar anda tentang blog saya. Terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggakan komentar anda dibawah ini...
Terima kasih...